Isnin, 24 Ogos 2015

AHKAMUL AQIQAH

Oleh
Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i

A. PENGERTIAN AQIQAH
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud” hal.25-26, mengatakan bahwa : Imam Jauhari berkata : Aqiqah ialah “Menyembelih hewan pada hari ketujuhnya dan mencukur rambutnya.” Selanjutnya Ibnu Qayyim rahimahullah berkata :

“Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebut demikian karena mengandung dua unsur diatas dan ini lebih utama.”

Imam Ahmad rahimahullah dan jumhur ulama berpendapat bahwa apabila ditinjau dari segi syar’i maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah makna berkurban atau menyembelih (An-Nasikah).

B. DALIL-DALIL SYAR'I TENTANG AQIQAH
Hadist No.1 :
Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasulullah bersabda : “Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.” [Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani]

Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut bayi atau menghilangkan semua gangguan yang ada [Fathul Bari (9/593) dan Nailul Authar (5/35), Cetakan Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, pent]

Hadist No.2 :
Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : “Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya]

Hadist No.3 :
Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” [Shahih, Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan]

Hadist No.4 :
Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah bersabda : “Menaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan satu kambing.” [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316) dengan sanadnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Daqiqiel ‘Ied]

Hadist No.5 :
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda : “Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing.” [Sanadnya Hasan, Hadits Riwayat Abu Dawud (2843), Nasa’I (7/162-163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq (4/330), dan shahihkan oleh al-Hakim (4/238)]

Hadist No.6 :
Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata : Rasulullah bersabda : “Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang miskin seberat timbangan rambutnya.” [Sanadnya Hasan, Hadits iwayat Ahmad (6/390), Thabrani dalam “Mu’jamul Kabir” 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari Syuraiq dari Abdillah bin Muhammad bin Uqoil]

Dari dalil-dalil yang diterangkan di atas maka dapat diambil hukum-hukum mengenai seputar aqiqah dan hal ini dicontohkan oleh Rasulullah para sahabat serta para ulama salafus sholih.

C. HUKUM-HUKUM SEPUTAR AQIQAH

HUKUM AQIQAH SUNNAH
Al-Allamah Imam Asy-Syaukhani rahimahullah berkata dalam Nailul Authar (6/213) : “Jumhur ulama berdalil atas sunnahnya aqiqah dengan hadist Nabi : “….berdasarkan hadist no.5 dari ‘Amir bin Syu’aib.” 

BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI DAN MEMBID'AHKAN AQIQAH
Ibnul Mundzir rahimahullah membantah mereka dengan mengatakan bahwa : “Orang-orang ‘Aqlaniyyun (orang-orang yang mengukur kebenaran dengan akalnya, saat ini seperti sekelompok orang yang menamakan sebagai kaum Islam Liberal, pen) mengingkari sunnahnya aqiqah, pendapat mereka ini jelas menyimpang jauh dari hadist-hadist yang tsabit (shahih) dari Rasulullah karena berdalih dengan hujjah yang lebih lemah dari sarang laba-laba.” [Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud” hal.20, dan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam “Fathul Bari” (9/588)].

WAKTU AQIQAH PADA HARI KETUJUH
Berdasarkan hadist no.2 dari Samurah bin Jundab. Para ulama berpendapat dan sepakat bahwa waktu aqiqah yang paling utama adalah hari ketujuh dari hari kelahirannya. Namun mereka berselisih pendapat tentang bolehnya melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh atau sesudahnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya “Fathul Bari” (9/594) :

“Sabda Rasulullah pada perkataan ‘pada hari ketujuh kelahirannya’ (hadist no.2), ini sebagai dalil bagi orang yang berpendapat bahwa waktu aqiqah itu adanya pada hari ketujuh dan orang yang melaksanakannya sebelum hari ketujuh berarti tidak melaksanakan aqiqah tepat pada waktunya. bahwasannya syariat aqiqah akan gugur setelah lewat hari ketujuh. Dan ini merupakan pendapat Imam Malik. Beliau berkata : “Kalau bayi itu meninggal sebelum hari ketujuh maka gugurlah sunnah aqiqah bagi kedua orang tuanya.”

Sebagian membolehkan melaksanakannya sebelum hari ketujuh. Pendapat ini dinukil dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud” hal.35. Sebagian lagi berpendapat boleh dilaksanakan setelah hari ketujuh. Pendapat ini dinukil dari Ibnu Hazm dalam kitabnya “al-Muhalla” 7/527.

Sebagian ulama lainnya membatasi waktu pada hari ketujuh dari hari kelahirannya. Jika tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh maka boleh pada hari ke-14, jika tidak bisa boleh dikerjakan pada hari ke-21. Berdalil dari riwayat Thabrani dalm kitab “As-Shagir” (1/256) dari Ismail bin Muslim dari Qatadah dari Abdullah bin Buraidah : 

“Kurban untuk pelaksanaan aqiqah, dilaksanakan pada hari ketujuh atau hari ke-14 atau hari ke-21.” [Penulis berkata : “Dia (Ismail) seorang rawi yang lemah karena jelek hafalannya, seperti dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam ‘Fathul Bari’ (9/594).” Dan dijelaskan pula tentang kedhaifannya bahkan hadist ini mungkar dan mudraj]

BERSEDEKAH DENGAN PERAK SEBERAT TIMBANGAN RAMBUT
Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Salim bin Dhoyyan berkata : “Dan disunnahkan mencukur rambut bayi, bersedekah dengan perak seberat timbangan rambutnya dan diberi nama pada hari ketujuhnya. Masih ada ulama yang menerangkan tentang sunnahnya amalan tersebut (bersedekah dengan perak), seperti : al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Ahmad, dan lain-lain.”

Adapun hadist tentang perintah untuk bersedekah dengan emas, ini adalah hadit dhoif.

TIDAK ADA TUNTUNAN BAGI ORANG DEWASA UNTUK AQIQAH ATAS NAMA DIRINYA SENDIRI
Sebagian ulama mengatakan : "Seseorang yang tidak diaqiqahi pada masa kecilnya maka boleh melakukannya sendiri ketika sudah dewasa". Mungkin mereka berpegang dengan hadist Anas yang berbunyi : “Rasulullah mengaqiqahi dirinya sendiri setelah beliau diangkat sebagai nabi.” [Dhaif mungkar, Hadits Riwayat Abdur Razaq (4/326) dan Abu Syaikh dari jalan Qatadah dari Anas]

Sebenarnya mereka tidak punya hujjah sama sekali karena hadistnya dhaif dan mungkar. Telah dijelaskan pula bahwa nasikah atau aqiqah hanya pada satu waktu (tidak ada waktu lain) yaitu pada hari ketujuh dari hari kelahirannya. Tidak diragukan lagi bahwa ketentuan waktu aqiqah ini mencakup orang dewasa maupun anak kecil.

AQIQAH UNTUK ANAK LAKI-LAKI DUA KAMBING DAN PEREMPUAN SATU KAMBING
Berdasarkan hadist no.3 dan no.5 dari Aisyah dan ‘Amr bin Syu’aib. "Setelah menyebutkan dua hadist diatas, al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam “Fathul Bari” (9/592) : “Semua hadist yang semakna dengan ini menjadi hujjah bagi jumhur ulama dalam membedakan antara bayi laki-laki dan bayi perempuan dalam masalah aqiqah.”

Imam Ash-Shan’ani rahimahullah dalam kitabnya “Subulus Salam” (4/1427) mengomentari hadist Aisyah tersebut diatas dengan perkataannya : “Hadist ini menunjukkan bahwa jumlah kambing yang disembelih untuk bayi perempuan ialah setengah dari bayi laki-laki.”

Al-‘Allamah Shiddiq Hasan Khan rahimahullah dalam kitabnya “Raudhatun Nadiyyah” (2/26) berkata : “Telah menjadi ijma’ ulama bahwa aqiqah untuk bayi perempuan adalah satu kambing.”

Penulis berkata : “Ketetapan ini (bayi laki-laki dua kambing dan perempuan satu kambing) tidak diragukan lagi kebenarannya.”

BOLEH AQIQAH BAYI LAKI-LAKI DENGAN SATU KAMBING
Berdasarkan hadist no. 4 dari Ibnu Abbas. Sebagian ulama berpendapat boleh mengaqiqahi bayi laki-laki dengan satu kambing yang dinukil dari perkataan Abdullah bin ‘Umar, ‘Urwah bin Zubair, Imam Malik dan lain-lain mereka semua berdalil dengan hadist Ibnu Abbas diatas.

Tetapi al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahulloh berkata dalam kitabnya “Fathul Bari” (9/592) : “…..meskipun hadist riwayat Ibnu Abbas itu tsabit (shahih), tidaklah menafikan hadist mutawatir yang menentukan dua kambing untuk bayi laki-laki. Maksud hadist itu hanyalah untuk menunjukkan bolehnya mengaqiqahi bayi laki-laki dengan satu kambing….”

Sunnah ini hanya berlaku untuk orang yang tidak mampu melaksanakan aqiqah dengan dua kambing. Jika dia mampu maka sunnah yang shahih adalah laki-laki dengan dua kambing.

D. AQIQAH DENGAN KAMBING TIDAK SAH AQIQAH KECUALI DENGAN KAMBING
Telah lewat beberapa hadist yang menerangkan keharusan menyembelih dua ekor kambing untuk laki-laki dan satu ekor kambing untuk perempuan. Ini menandakan keharusan untuk aqiqah dengan kambing. 

Dalam “Fathul Bari” (9/593) al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan : “Para ulama mengambil dalil dari penyebutan syaatun dan kabsyun (kibas, anak domba yang telah muncul gigi gerahamnya) untuk menentukan kambing buat aqiqah.” Menurut beliau : “Tidak sah aqiqah seseorang yang menyembelih selain kambing”.

Sebagian ulama berpendapat dibolehkannya aqiqah dengan unta, sapi, dan lain-lain. Tetapi pendapat ini lemah karena : 

1. Hadist-hadist shahih yang menunjukkan keharusan aqiqah dengan kambing semuanya shahih, sebagaimana pembahasan sebelumnya. 
2. Hadist-hadist yang mendukung pendapat dibolehkannya aqiqah dengan selain kambing adalah hadist yang talif saqith alias dha’if.

PERSYARATAN KAMBING AQIQAH TIDAK SAMA DENGAN KAMBING KURBAN [IDUL ADHA]
Penulis mengambil hujjah ini berdasarkan pendapat dari Imam As-Shan’ani, Imam Syaukani, dan Iman Ibnu Hazm bahwa kambing aqiqah tidak disyaratkan harus mencapai umur tertentu atau harus tidak cacat sebagaimana kambing Idul Adha, meskipun yang lebih utama adalah yang tidak cacat. 

Imam As-Shan’ani dalam kitabnya “Subulus Salam” (4/1428) berkata : "Pada lafadz syaatun (dalam hadist sebelumnya) menunjukkan persyaratan kambing untuk aqiqah tidak sama dengan hewan kurban. Adapun orang yang menyamakan persyaratannya, mereka hanya berdalil dengan qiyas.”

Imam Syaukhani dalam kitabnya “Nailul Authar” (6/220) berkata : “Sudah jelas bahwa konsekuensi qiyas semacam ini akan menimbulkan suatu hukum bahwa semua penyembelihan hukumnya sunnah, sedang sunnah adalah salah satu bentuk ibadah. Dan saya tidak pernah mendengar seorangpun mengatakan samanya persyaratan antara hewan kurban (Idul Adha) dengan pesta-pesta (sembelihan) lainnya. Oleh karena itu, jelaslah bagi kita bahwa tidak ada satupun ulama yang berpendapat dengan qiyas ini sehingga ini merupakan qiyas yang bathil.”

Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya “Al-Muhalla” (7/523) berkata : “Orang yang melaksanakan aqiqah dengan kambing yang cacat, tetap sah aqiqahnya sekalipun cacatnya termasuk kategori yang dibolehkan dalam kurban Idul Adha ataupun yang tidak dibolehkan. Namun lebih baik (afdhol) kalau kambing itu bebas dari catat.”

BACAAN KETIKA MENYEMBELIH KAMBING
Firman Allah Ta'ala : “Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu dan sebutlah nama Allah…” [Al-Maidah : 4]

Firman Allah Ta'ala : “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya, sesungguhnya perbuatan semacam itu adalah suatu kefasikan.” [Al-An’am : 121] 

Adapun petunjuk Nabi tentang tasmiyah (membaca bismillah) sedah masyhur dan telah kita ketahui bersama (lihat Irwaul Ghalil 2529-2536-2545-2551, karya Syaikh Al-Albani). Oleh karena itu, doa tersebut juga diucapkan ketika meyembelih hewan untuk aqiqah karena merupakan salah satu jenis kurban yang disyariatkan oleh Islam. Maka orang yang menyembelih itu biasa mengucapkan : “Bismillahi wa Allahu Akbar”. 

MENGUSAP DARAH SEMBELIHAN AQIQAH DI ATAS KEPALA BAYI MERUPAKAN PERBUATAN BID'AH DAN JAHILIYAH
“Dari Aisyah berkata : Dahulu ahlul kitab pada masa jahiliyah, apabila mau mengaqiqahi bayinya, mereka mencelupkan kapas pada darah sembelihan hewan aqiqah. Setelah mencukur rambut bayi tersebut, mereka mengusapkan kapas tersebut pada kepalanya ! Maka Rasulullah bersabda : “Jadikanlah (gantikanlah) darah dengan khuluqun (sejenis minyak wangi).” [Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (5284), Abu Dawud (2743), dan disahihkan oleh Hakim (2/438)]

Al-‘Allamah Syaikh Al-Albani dalam kitabnya “Irwaul Ghalil” (4/388) berkata : “Mengusap kepala bayi dengan darah sembelihan aqiqah termasuk kebiasaan orang-orang jahiliyah yang telah dihapus oleh Islam.” 

Al-‘Allamah Imam Syukhani dala, kitabnya “Nailul Aithar” (6/214) menyatakan : “Jumhur ulama memakruhkan (membenci) at-tadmiyah (mengusap kepala bayi dengan darah sembelihan aqiqah)..” 

Sedangkan pendapat yang membolehkan dengan hujjah dari Ibnu Abbas bahwasannya dia berkata : “Tujuh perkara yang termasuk amalan sunnah terhadap anak kecil….dan diusap dengan darah sembelihan aqiqah.” [Hadits Riwayat Thabrani], maka ini merupakan hujjah yang dhaif dan mungkar. 

BOLEH MENGHANCURKAN TULANGNYA [DAGING SEMBELIHAN AQIQAH] SEBAGAIMANA SEMBELIHAN LAINNYA
Inilah kesepekatan para ulama, yakni boleh menghancurkan tulangnya, seperti ditegaskan Imam Malik dalam “Al-Muwaththa” (2/502), karena tidak adanya dalil yang melarang maupun yang menunjukkan makruhnya. Sedang menghancurkan tulang sembelihan sudah menjadi kebiasan disamping ada kebaikannya juga, yaitu bisa diambil manfaat dari sumsum tersebut untuk dimakan.

Adapun pendapat yang menyelisihinya berdalil dengan hadist yang dhaif, diantaranya adalah: 

1. Bahwasannya Rasulullah bersabda : “Janganlah kalian menghancurkan tulang sembelihannya.” [Hadist Dhaif, karena mursal terputus sanadnya, Hadits Riwayat Baihaqi (9/304)] 
2. Dari Aisyah dia berkata : “….termasuk sunnah aqiqah yaitu tidak menghancurkan tulang sembelihannya….” [Hadist Dhaif, mungkar dan mudraj, Hadits Riwayat. Hakim (4/283]

Kedua hadist diatas tidak boleh dijadikan dalil karena keduanya tidak shahih. [lihat kitab “Al-Muhalla” oleh Ibnu Hazm (7/528-529)].

DISUNNAHKAN MEMASAK DAGING SEMBELIHAN AQIQAH DAN TIDAK MEMBERIKANNYA DALAM KEADAAN MENTAH
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Tuhfathul Maudud” hal.43-44, berkata : “Memasak daging aqiqah termasuk sunnah. Yang demikian itu, karena jika dagingnya sudah dimasak maka orang-orang miskin dan tetangga (yang mendapat bagian) tidak merasa repot lagi. Dan ini akan menambah kebaikan dan rasa syukur terhadap nikmat tersebut. Para tetangga, anak-anak dan orang-orang miskin dapat menyantapnya dengan gembira. Sebab orang yang diberi daging yang sudah masak, siap makan, dan enak rasanya, tentu rasa gembiranya lebih dibanding jika daging mentah yang masih membutuhkan tenaga lagi untuk memasaknya….Dan pada umumnya, makanan syukuran (dibuat dalam rangka untuk menunjukkan rasa syukur) dimasak dahulu sebelum diberikan atau dihidangkan kepada orang lain.”

TIDAK SAH AQIQAH SESEORANG KALAU DAGING SEMBELIHANNYA DIJUAL
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Tuhfathul Maudud” hal.51-52, berkata : “Aqiqah merupakan salah satu bentuk ibadah (taqarrub) kepada Allah Ta'ala. Barangsiapa menjual daging sembelihannya sedikit saja maka pada hakekatnya sama saja tidak melaksanakannya. Sebab hal itu akan mengurangi inti penyembelihannya. Dan atas dasar itulah, maka aqiqahnya tidak lagi sesuai dengan tuntunan syariat secara penuh sehingga aqiqahnya tidak sah. Demikian pula jika harga dari penjualan itu digunakan untuk upah penyembelihannya atau upah mengulitinya” [lihat pula “Al-Muwaththa” (2/502) oleh Imam Malik].

ORANG YANG AQIQAH BOLEH MEMAKAN, BERSEDEKAH, MEMBERI MAKAN, DAN MENGHADIAHKAN DAGING SEMBELIHANNYA, TETAPI YANG LEBIH UTAMA JIKA SEMUA DIAMALKAN
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Tuhfathul Maudud” hal.48-49, berkata : “Karena tidak ada dalil dari Rasulullah tentang cara penggunaan atau pembagian dagingnya maka kita kembali ke hukum asal, yaitu seseorang yang melaksanakan aqiqah boleh memakannya, memberi makan dengannya, bersedekah dengannya kepada orang fakir miskin atau menghadiahkannya kepada teman-teman atau karib kerabat. Akan tetapi lebih utama kalau diamalkan semuanya, karena dengan demikian akan membuat senang teman-temannya yang ikut menikmati daging tersebut, berbuat baik kepada fakir miskin, dan akan memuat saling cinta antar sesama teman. Kita memohon taufiq dan kebenaran kepada Allah Ta'ala”. [lihat pula “Al-Muwaththa” (2/502) oleh Imam Malik].

JIKA AQIQAH BERTETAPAN DENGAN IDUL QURBAN, MAKA TIDAK SAH KALAU MENGERJAKAN SALAH SATUNYA [SATU AMALAN DUA NIAT]
Penulis berkata : “Dalam masalah ini pendapat yang benar adalah tidak sah menggabungkan niat aqiqah dengan kurban, kedua-duanya harus dikerjakan. Sebab aqiqah dan adhiyah (kurban) adalah bentuk ibadah yang tidak sama jika ditinjau dari segi bentuknya dan tidak ada dalil yang menjelaskan sahnya mengerjakan salah satunya dengan niat dua amalan sekaligus. Sedangkan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah dan Allah Ta'ala tidak pernah lupa.”

TIDAK SAH AQIQAH SESEORANG YANG BERSEDEKAH DENGAN HARGA DAGING SEMBELIHANNYA SEKALIPUN LEBIH BANYAK
Al-Khallah pernah berkata dalam kitabnya : “Bab Maa yustahabbu minal aqiqah wa fadhliha ‘ala ash-shadaqah” : “ Kami diberitahu Sulaiman bin Asy’ats, dia berkata Saya mendengar Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang aqiqah : “Mana yang kamu senangi, daging aqiqahnya atau memberikan harganya kepada orang lain (yakni aqiqah kambing diganti dengan uang yang disedekahkan seharga dagingnya) ? Beliau menjawab : “Daging aqiqahnya.” [Dinukil dari Ibnul Qayyim dalam “Tuhfathul Maudud” hal.35 dari Al-Khallal]

Penulis berkata : “Karena tidak ada dalil yang menunjukkan bolehnya bershadaqah dengan harga (daging sembelihan aqiqah) sekalipun lebih banyak, maka aqiqah seseorang tidak sah jika bershadaqah dengan harganya dan ini termasuk perbuatan bid’ah yang mungkar ! Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad .”

ADAB MENGHADIRI JAMUAN AQIQAH
Diantara bid’ah yang sering dikerjakan khususnya oleh ahlu ilmu adalah memberikan ceramah yang berkaitan dengan hukum aqiqah dan adab-adabnya serta yang berkaitan dengan masalah kelahiran ketika berkumpulnya orang banyak (undangan) di acara aqiqahan pada hari ketujuh.

Jadi saat undangan pada berkumpul di acara aqiqahan, mereka membuat suatu acara yang berisi ceramah, rangkaian do’a-do’a, dan bentuk-bentuk seperti ibadah lainnya, yang mereka meyakini bahwa semuanya termasuk dari amalan yang baik, padahal tidak lain hal itu adalah bid’ah, pent.

Perbuatan semacam itu tidak pernah dicontohkan dalam sunnah yang shahih bahkan dalam dhaif sekalipun !! Dan tidak pernah pula dikerjakan oleh Salafush Shalih rahimahumullah. Seandainya perbuatan ini baik niscaya mereka sudah terlebih dahulu mengamalkannya daripada kita. Dan ini termasuk dalam hal bid’ah-bid’ah lainnya yang sering dikerjakan oleh sebagian masyarakat kita dan telah masuk sampai ke depan pintu rumah-rumah kita, pent !!

Sedangkan yang disyariatkan disini adalah bahwa berkumpulnya kita di dalam acara aqiqahan hanyalah untuk menampakkan kesenangan serta menyambut kelahiran bayi dan bukan untuk rangkaian ibadah lainnya yang dibuat-buat.

Sedang sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad . Semua kabaikan itu adalah dengan mengikuti Salaf dan semua kejelekan ada pada bid’ahnya Khalaf.

Wallahul Musta’an wa alaihi at-tiklaan.

[Disalin dan diringkas kembali dari kitab “Ahkamul Aqiqah” karya Abu Muhammad ‘Ishom bin Mar’i, terbitan Maktabah as-Shahabah, Jeddah, Saudi Arabia, dan diterjemahkan oleh Mustofa Mahmud Adam al-Bustoni, dengan judul “Aqiqah” terbitan Titian Ilahi Press, Yogjakarta, 1997]

Khamis, 12 September 2013

Siapa Dr Ehsan Elahi Zahir dan Perjuangannya ??



Syiekh Dr Ehsaan Elahi Zaheer (Urdu: احسان الہی ظہیر) adalah seorang ulama dan pemimpin Ahli Hadis gerakan Islam [1] Beliau dilahirkan pada 31 Mei 1945 di Sialkot, Pakistan dan syahid akibat letupan bom pembunuh itu pada 30 Mac 1987  

Awal kehidupan dan pendidikan

Dr Ehsan EIahi Zaheer dilahirkan pada 31 Mei 1945 (bersamaan dengan 18 Jamadil Awwal 1364 H) pada hari Khamis. Beliau belajar di Jaamiah Islaamiyyah Gujranwala dan Jaamia Salafiyyah Faisalabad. Beliau kemudian mula mengajar dan memberi khutbah mingguan sehingga dia meninggalkan Arab Saudi. Beliau belajar di Universiti Islam Madinah dan lulus dari jabatan syariah. Beliau mendapat kedudukan pertama di seluruh dunia dengan markah 93.5% di Universiti Madinah. Pada tahun akhir pengajiannya di Madinah Bin Baz meminta beliau untuk menyampaikan kuliah, satu peluang yang amat jarang berlaku di kalangan pelajar-pelajar yang belajar disana. Selepas menamatkan pengajian di jabatan Syariah, beliau kembali ke negaranya dan mengejar melanjutkan pelajaran dan menerima Ijazah Sarjana dalam bahasa Arab, Pengajian Islam, Bahasa Urdu dan Parsi. Beliau kembali ke negaranya dan mengejar pendidikan lanjutan dan menerima klasifikasi tahap MAS dalam bahasa Arab, Pengajian Islam, Bahasa Urdu dan Parsi.

Guru  guru Dr Ehsan Elahi Zaheer :

Beliau telah diajar oleh sesetengah ulama besar abad beliau yang termasuk:
1.    Imam Abdul Aziz Ibn Baaz
2.    Shaykh Muhammad Ameen Shanqithi
3.    Shaykh Abdul-Muhsin al-Abbaad
4.    Shaykh Abdul-Qaadir Haybatul-Hamd
5.    Syeikh Atiyyah Muhammad Saalim
6.    Shaykh ul-hadith Haafidh Muhammad Ghondalwee
7.    Shaykh-ul-hadith Abul-Barkaat Ahmad
8.    Al-Muhaddith al Allamah Naasirud-Din al-Albaani

kerja-kerja agama dan Usaha-Usahanya

Dr Ehsan Elahi Zahir bertanggungjawab ke atas editorial mingguan Ahli hadith . Bersaing kumpulan agama yang Menuduhnya pembunuhan, dan beliau telah dipenjara selama satu masa. Kemudian dia mula memberikan khutbah mingguan di masjid pusat besar di Lahore dipanggil Cheenyawaalee , orang jauh dan dekat akan datang untuk mendengar kepadanya. Kemudian beliau menubuhkan editorial sendiri dipanggil Tarjumaan al- hadith ( Penterjemah Hadis ). Beliau telah terlibat dalam usaha-usaha di dakwah seluruh dunia dan pergi ke Arab Saudi , Belgium , Belanda, Sweden, Denmark, Sepanyol, Itali , Perancis, Jerman , England , Yugoslavia , Ghana , Nigeria , Kenya , Korea , Jepun, Filipina , Hong Kong, Thailand , Amerika, China, Mesir , Yaman, Iraq dan Afghanistan untuk menyampaikan kuliah.
Karya-karya beliau termasuk buku-buku mengenai agama Syiah dan sebuah buku mengenai Barelvis , Ahmadiyya dan dua buku mengenai tasawuf dan banyak lagi. Mereka ialah: al- Qaadiyaaniyyah , abu - Syiah Was -Sunnah, al- Syiah Wa- Ahlul -Bayt , abu - Shee'ah Wal -Qur'an , yang mempunyai lebih 12,000 riwayat dari Syiah, al- Syiah wat  Tashee'ah , Baynash - Syiah Wa Ahlus -Sunnah , dan banyak lagi pada mereka. A onBábism penyangkalan buku dan Bahaisma , penyangkalannya kepada mazhab ini, sekurang - Tassawuff al- Manshaa Wal- Masaadir , penyangkalannya kepada para Sufi dan beberapa lagi , al- Ismailiyyah , penyangkalannya kepada Ismailism , al- Bareilwiyyah , penyangkalannya kepada yang Barelvi , satu semakan Kitaab al- Waseelah Shaykh -ul- Islaam Ibnu Taimiyyah , Kitaab us- Salaah , Shaffar Hijaz , Saqoot Dhaka dan banyak lagi.
Zahir juga menulis mengenai Kristian, orang-orang Yahudi dan orang-orang Hindu , serta di Deobandi Hanafi , walaupun dia menulis penyangkalan ringkas mereka sebelum dia meninggal dunia. Pada tahun terakhir di Madinah Universiti Imam Abdul Aziz Ibn Baaz meminta beliau untuk menyampaikan ceramah mengenai Ahmadiyyah , ini adalah satu pencapaian yang amat jarang berlaku. Kemudian buku ini telah dicetak dari Madinah tetapi Zahir mahu termasuk dalam buku " Siswazah Madinah Universiti" , sebelum dia benar-benar lulus. Jadi dia meminta Imam Ibn Baaz , yang merupakan Canselor pada masa itu dan beliau bersetuju dengannya. Jadi Zahir bertanya Imam Ibn Baaz , " Bagaimana jika saya gagal ijazah saya ?" Imam Ibn Baaz menjawab , "Saya akan menutup Universiti."

karya yang diterbitkan

Beliau menulis banyak karya yang terkenal, antara lain:
1.    Al-Qadiyaniyyah القادیانیہ
2.    Ash-Syiah Was-Sunnah الشیعہ و السنہ
3.    Ash-Syiah Wa-Ahlul-Bayt الشیعہ و اہل بیت
4.    Ash-Syiah Wal-Qur'an الشیعہ و القرآن (yang termasuk lebih 12,000 riwayat dari Syiah)
5.    Ash-Syiah wat-TaShia (penyangkalan)
6.    Baynash-Syiah Wa Ahlus-Sunnah (penyangkalan)
7.    Babiyyahs (penyangkalan)
8.    Al-Baha'iyyah (penyangkalan)
9.    At-Tassawuf al-Mansha Wal-Masadir (penyangkalan Sufi)
10. Al-Ismaa'eeliyyah (penyangkalan)
11. Al-Barailwiyyah (penyangkalan)
Satu penjelasan Kitaab al-Wasilah oleh Shaikh-ul-Islam Ibn Taimiyyah
12. Kitab kita-Salah
13. Shaffar Hijaz
Beliau juga meninggalkan sejumlah besar ucapan inspirasi
14. Ahle-Hadees Ke Tehreek Aur Maqaasid
15. Ahmeyat-e-Farmaan e Rasul (Khutbah) - The imprtance of Command Messenger
16. Azmat-e-Sahaba (The Kebesaran sahabat Nabi)
17. Gustakh Kaun? - Siapakah orang-orang yang Tidak menghormati Messenger?

Kematian As Syahid Dr Ehsan Ilahi Zahir

Syiekh Ehsaan Elahi Zahir telah memperoleh bahagian yang saksama kontroversi semasa hayatnya kerana perbahasan beliau terkenal dengan pemimpin-pemimpin pelbagai gerakan dalam dunia Islam , yang jelas dapat dilihat sebagai penyimpang dari amalan agama dari para sahabat Nabi Muhammad saw dan generasi awal umat Islam ( Salafus Solih ). khususnya, buku-buku dan perbahasan beliau dapat diketahui bahawa telah mendapat kemarahan dan ancaman kematian dari ahli-ahli Barelvi dan Syiah  dan pergerakan Deobandi dengan insiden sebelumnya ahli pelampau membunuh dan menculik Sunni. Beliau juga dilaporkan telah jatuh daripada memihak dengan Kerajaan Jeneral Zia ul Haq pembangkang lantang kepada Rang Undang-Undang Syariah dan penglibatan agensi-agensi Kerajaan dalam menguatkuasakan undang-undang Syariah di Pakistan. Beliau juga mengkritik pandangan dipengaruhi politik Islam disebarkan oleh Jamiah Islami. Oleh itu, ia seolah-olah, dia telah pandang penentang oleh sebahagian penguasa di Pakistan.
Ancaman kematian akhirnya dijalankan pada 23 Mac, 1987. Ketika memberi ucapan biografi Muhammad saw , sebuah bom yang telah ditanam dibawah pentas meletup akhirnya membunuh syiekh Ehsan Elahi Zahir bersama-sama dengan 18 pendengar dan 114 cedera parah Daripada jumlah kematian ,sembilan juga ulama dan guru-guru dan Ahli Hadith. Dr Zaheer mulanya terselamat dari letupan dan selepas rawatan awal di hospital tengah lahore , beliau telah dipindahkan untuk rawatan perubatan selanjutnya di Arab Saudi.
Beliau meninggal dunia pada 30 Mac 1987 selepas menghabiskan 22 jam di hospital Riyadh a. Bin Baaz , jenazahnya dibawa dan disolatkan di Riyadh. Ia dianggap sebagai salah satu pengebumian yang paling bersejarah di Riyadh,yang mengahadiri pengebumian termasuk ulama-ulama dan pelajar-pelajar pengajian Islam , dan juga pegawai-pegawai kanan kerajaan dari Pakistan seperti General Zia ul Haq , Ketua Akhtar Abdur Rehman dan Sahabzada Yaqub Khan, Menteri Luar. Kehadiran pengebumian dianggarkan melebihi 3 juta orang, selepas itu mayatnya dibawa ke tanah perkuburan Baqi tersebut. mayatnya disemadikan di sebelah makam Malik bin Anas.

Rabu, 1 Mei 2013

PROMOSI TERAPI BEKAM UNTUK SEMUA, HUBUNGI SEGERA !!!


Bekam@Hijamah Warisan Terapi Rasulullah SAW

Mutiara Kalam Rasullullah  SAW tentang Berbekam 

Hadith Keutamaan Dan Manfaat Bekam

1] “Sesungguhnya cara pengubatan paling baik yang kamu gunakan adalah berbekam.” (Muttafaq ‘alaihi, Sahih Bukhari (no. 2280) dan Sahih Muslim (no. 2214)

2] “Sebaik-baik pengubatan yang kamu lakukan adalah dengan berbekam.” (HR. Ahmad).

3] Rasulullah S.A.W. bersabda: “Sesungguhnya pada bekam itu terkandung kesembuhan.” (Kitab Mukhtashar Muslim (no. 1480), Sahihul Jaami’ (no. 2128) danSilsilah al-Hadiith ash-Sahiihah (no. 864), karya Imam al-Albani)

4] Dari Ashim bin Umar bin Qatadah R.A., dia memberitahukan bahawa Jabir bin Abdullah R.A. pernah menjenguk al-Muqni’ R.A., dia bercerita: “Aku tidak sembuh sehingga aku berbekam, karana sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda: ‘Sesungguhnya terkandung didalamnya kesembuhan’.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Ya’la, al-Hakim, al-Baihaqi)

5] Dari Uqbah bin Amir R.A., Rasulullah S.A.W. bersabda: “ Ada tiga hal yang jika pada sesuatu ada kesembuhan, maka kesembuhan itu ada pada alat bekam atau minum madu atau membakar bahagian yang sakit. Dan aku membenci pembakaran (sedutan api) dan tidak juga menyukainya.” (HR. Ahmad dalamMusnad-nya)
Dari Ibnu Umar R.A., Rasulullah S.A.W. bersabda: “Jika ada suatu kesembuhan pada ubat-ubat kamu maka hal itu ada pada alat bekam.” Baginda bersabda: “Atau tegukkan madu.” (Kitab Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil Bazar,karya al-Haitsami)

6] Dari Ibnu Abbas R.A., Nabi S.A.W. bersabda: "Orang yang paling baik adalah seorang tukang bekam (Al Hajjam) kerana ia mengeluarkan darah kotor, meringankan otot kaku dan mempertajam pandangan mata orang yang dibekamnya." (HR. Tirmidzi, hasan gharib)

7] “Jika pada sesuatu yang kamu gunakan untuk berubat itu terdapat kebaikan, maka hal itu adalah berbekam (Sahih Sunan Ibnu Majah, karya Syaikh Al-Albani (II/259), Sahih Sunan Abu Dawud, karya Syaikh Al-Albani).
Dari Anas bin Malik R.A., Rasulullah S.A.W. bersabda: “Kamu harus berbekam dan menggunakan al-qusthul bahri." (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan an-Nasai dalam kitab as-Sunan al-Kubra)

8] “Semasa aku berjalan pada malam isra’ bersama para malaikat, mereka selalu berkata: Hai Muhammad, suruhlah umatmu berbekam”. (HR Sunan Abu Daud, Ibnu Majah, Sahih Jami'us Shaghir)

9] Dari Anas R.A., berkata: “Rasulullah S.A.W. bersabda: ‘Jika terjadi panas memuncak, maka ubatilah dengan bekam semoga tidak terjadi hipertensi (stroke) pada salah seorang diantara kamu yang akan membunuhnya’.” (diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak)


Hadith Berkaitan Keadaan Ketika Melakukan Bekam Dan Titik-Titik Bekamnya


Dari Ibnu Abbas R.A., berkata: "Rasulullah S.A.W berubat dengan berbekam ketika beliau sedang ihram." (HR. Bukhari)

Dari Anas bin Malik R.A., berkata: “Nabi S.A.W. pernah berbekam ketika beliau tengah berihram karana rasa sakit di kepalanya.” (Sahih Ibnu Khuzaimah, karya al-A’zhami)

Dari Ibnu Abbas R.A., berkata: "Rasulullah S.A.W. berubat dengan berbekam ketika beliau sedang puasa." (HR. Bukhari)

Dari Abdullah bin Buhainah R.A., berkata: “Rasulullah S.A.W. berbekam di bahagian tengah kepalanya sedang baginda tengah berihram kerana pening yang baginda rasakan.” (HR. Bukhari)

Dari Ibnu Umar R.A., berkata: “Nabi S.A.W. pernah berbekam di kepalanya dan menyebutnya sebagai Ummu Mughits.” (Kitab al-Fawaaid, dinilai hasan oleh al-Albani)

“Rasulullah S.A.W. bersabda: ‘Tidak batal puasa orang yang muntah atau orang yang bermimpi (basah) dan tidak juga orang yang berbekam’.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, sanad hasan oleh al-Albani)

Dari Jabir R.A., berkata: “Sesungguhnya Nabi S.A.W. jatuh dari kuda baginda dan menimpa batang pohon, sehingga kaki baginda patah. Waki’ R.A. berkata: ’Sesungguhnya Nabi S.A.W. berbekam di bahagian kaki yang terseradung’.” (Sahih Sunan Ibnu Majah, karya al-Albani)

Dari Jabir R.A.: “Nabi S.A.W. pernah berbekam kerana kaki baginda terseradung.” (Sahih Ibnu Khuzaimah)
Dari Anas bin Malik R.A.: “Bahawa Nabi S.A.W. pernah berbekam di kedua urat merih (jugular vein) dan punggung bahagian atas.” (HR. Abu Dawud, disahihkan oleh al-Albani)

Dari Abu Kabsyah al-‘Anmari R.A.: “Rasulullah S.A.W. pernah dibekam dibahagian tengah kepalanya dan dipangkal punggungnya. Dan baginda bersabda: ‘Barangsiapa mengalirkan darah ini, maka tidak akan mudarat baginya untuk mengubati sesuatu dengan sesuatu’.” (Sahih Sunan Abu Dawud (no. 3268), lihat juga kitab Jaami’ul Ushuul)

Disebutkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab ath-Thibbun Nabawi, sebuah hadithmarfu’: “Kamu harus berbekam di jauzatil qamahduwah, kerana sesungguhnya ia dapat menyembuhkan dari 5 penyakit.” Beliau menyebutkan diantaranya adalah kusta.

Hadith Berkaitan Tarikh Untuk Berbekam


Dari Abu Hurairah R.A., Rasulullah S.A.W. bersabda: “Barangsiapa berbekam pada hari ke-17, 19 dan 21 (tahun Hijrah), maka ia akan sembuh dari segala macam penyakit.” (Sahih Sunan Abu Dawud, karya Imam al-Albani)

Dari Ibnu Abbas R.A., ia berkata: “Rasulullah S.A.W. bersabda: “Berbekamlah pada hari ke-17 dan ke-21, sehingga darah tidak akan mengalami hipertensi yang dapat membunuh kamu.” (Kitab Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil Bazar, karya al-Haitsami)

Catatan:

Al-Khallal berkata: “Aku diberitahu Ishmah bin Isham, dia berkata: Aku diberitahu Hambal, dia berkata: ‘Abu Abdullah Ahmad bin Hambal biasa melakukan bekam pada bila-bila masa ketika darah tidak normal dan tidak kira waktunya’.”

Dari beberapa hadith di atas dapat disimpulkan bahwa Nabi S.A.W. biasa melakukan bekam ketika sakit, tanpa harus melihat bila waktunya, tanpa perlu menunggu hingga tiba waktu tertentu.

Hadith Berkaitan Halalnya Upah Bagi Pembekam (Hajjam)

Dari Ibnu Abbas R.A.: “Bahawa Nabi S.A.W. pernah berbekam di kedua urat merih dan di bahagian antara kedua pundak yang merupakan pangkal punggung. Lalu baginda memberikan upah kepada pembekam. Seandainya upah bekam itu haram, pastilah baginda S.A.W. tidak memberinya.” (KitabMukhtashar asy Syamaa-ilil Muhammadiyah, tahqiq dan ikhtishar oleh Imam al-Albani)

Dari Rafi’ bin Khadij R.A., Rasulullah S.A.W. bersabda: “Apa yang didapatkan oleh seorang pembekam, maka sebaiknya upah itu diberikan sebagai makanan untuk binatang ternak.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, Abu Dawud, at-Tirmidzi)

Dari Ibnu Umar R.A.: “Bahawa Nabi S.A.W. pernah mengundang seorang tukang bekam lalu dia membekam baginda S.A.W.. Setelah selesai, baginda bertanya kepadanya: ‘Berapa pajakmu?’ Dia menjawab: ‘Tiga sha’.’ Lalu baginda menawarkan satu sha’ dari pajaknya, kemudian baginda memberikan upahnya.” (Kitab Mukhtashar asy Syamaa-ilil Muhammadiyah, tahqiq dan ikhtishar oleh Imam al-Albani)

Dari Ali R.A.: “Bahawa Nabi S.A.W. pernah berbekam dan menyuruhku untuk memberi tukang bekam upahnya.” (Kitab Mukhtashar asy Syamaa-ilil Muhammadiyah, tahqiq dan ikhtishar oleh Imam al-Albani)

Dari Anas bin Malik R.A., berkata: “Rasulullah S.A.W. pernah berbekam, baginda dibekam oleh Abu Thayyibah R.A. Lalu beliau menyuruh seseorang untuk memberikan dua sha’ bahan makanan kepadanya. Baginda memberitahu keluarganya, lalu mereka menghapuskan pajaknya.” (Kitab Mukhtashar asy Syamaa-ilil Muhammadiyah, tahqiq dan ikhtisar oleh Imam al-Albani)

Catatan:

Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunan-nya dari ‘Ikrimah R.A.: “Ibnu Abbas R.A. memiliki tiga orang budak yang ahli bekam. Dua orang diantaranya dijadikan untuk sumber penghasilan dirinya dan keluarganya, sedangkan yang satu orang lagi khusus membekam dirinya dan keluarganya.” (Ath-Thibb, 1978, hasan ghorib)